Sabtu, 09 Desember 2017

Ketakutan Istri Terhadap Ibu Mertua.

Renungan.

MataLensa.com
Oleh : M.Martanus.
(Photo : Ertika Nengsih bersama Ibu Yuniati Aini B)
BUNDA, saya mau curhat. Tentang isi hati saya. Tentang ketakutan saya pada sosok ibu mertua yang banyak juga ditakuti para lajang yang bakal jadi menantu.

Ketika masih gadis, saya berdo’a kepada Allah meminta supaya dikasih mertua yang baik hati. Bukan mertua yang ikut campur urusan anaknya. Bukan mertua yang sok merasa paling benar sendiri. Bukan mertua yang selalu merasa suami saya adalah anaknya yang harus terus dijaga seperti ia jaga sewaktu suami saya masih kecil.

Ada cara lain yang Allah ajarkan pada saya untuk jawaban do’a tersebut. Saya dianugerahi dua anak laki-laki.

Masyaallah!

Luarbiasa rasanya merawat anak laki-laki. Melahirkannya nyaris meregang nyawa. Berbeda jauh ketika saya melahirkan anak perempuan yang jauh lebih mudah.

Rewelnya, kelincahan dan aktifnya anak laki-laki itu beda jauh dengan anak perempuan. Mendidiknya pun tentu tak sama dengan cara mendidik anak perempuan.

Melihat perbedaan itulah. Perlahan saya mulai sadar, saya amati lekat-lekat wajah suami. Orang yang membiayai hidup saya dan anak-anak ini dulunya pasti dilahirkan oleh seorang wanita yang juga sama seperti lelahnya saya mengurusi anak laki-laki kami.

Apalagi mendengar cerita suami, ibunya (bumer saya) amat sangat memanjakan suami saya, dibelikan apa saja yang diminta. Apakah saya tidak percaya? Tentu saja saya percaya, karena sudah melewati masa itu bersama anak laki-laki kami.

Perlahan, anak laki-laki kami tumbuh besar dan sekarang sudah sekolah. Sebagai ibu, ada banyak kekhawatiran saya kepada anak. Takut kalau ia jatuh, takut kalau ia dijahili temannya. Takut kalau ia sakit, takut kalau ia salah makan, takut, takut dan ketakutan lainnya yang tak berdasar.

Di mana letak jawaban doa saya?

Tepat di sini!
Saat saya khawatir anak saya kenapa-napa.

Dari sinilah muncul kesadaran saya.
“Oh, beginilah rasanya jadi orang tua. Dulu ibu mertua pasti begini juga memperlakukan suami. Semua ibu, pasti begini pada anaknya.”

Bun, sakitkah rasanya melahirkan?
Lelahkah rasanya mengurus anak laki-laki?
Dikit-dikit minta jajan, mewek, gangguin kita ibadah, berantakin rumah, dsb. Allahu Rabb, kalau punya anak laki-laki. Harus menyimpan sabar yang banyak. Kurang sabar? bisa-bisa stress. Ya khan, Bun?

Begitulah Bun, ibu mertua kita dulu merawat suami kita, tak jauh berbeda dengan gambaran anak kita sekarang. Lelahnya ibu mertua kita merawat laki-laki yang hari ini jadi suami kita. Menafkahi suami kita hingga dewasa, sekolah, menikah, berkarir. Dan belum sempat suami kita berbakti pada ibunya sudah kita ambil anaknya.
Kita atur-atur. Jangan ngasih ibunya uang, jangan sering main ke ibunya, jangan, jangan, jangan!

Bersambung....(Islampost)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DPC PWRI Kota Bengkulu Apresiasi Komitmen Kadis PUPR Kota Bengkulu.

MataLensa, Bengkulu – Dewan Pimpinan Cabang Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) Kota Bengkulu mengapresiasi aksi cepat tanggapny...